Senin, 12 Maret 2012

Bogor Tujuan Backpacker Kami

Rasanya ingin menyambangi Bogor, meskipun bisa pulang-pergi, tapi saya pengen banget menginap di sana karena alasan ingin menikmati dingin dan sejuknya kawasan yang dikenal Kota Hujan tersebut. Tanpa panjang lebar, dari Jakarta yang penat ini, pergilah ke Bogor dengan membawa keperluan secukupnya, karena niatnya emang mau backpacker-an, jadinya ga banyak yang dibawa.

Suasana di Bogor berbeda dengan 10 tahun sebelumnya, di mana Bogor sekarang banyak didominasi kendaraan plat B, ditambah Kota Hujan ini dikenal dengan kota angkot. Bagaimana ngga, tepat di depan stasiun Bogor, banyak angkot mangkal di taman Topi. Mobil berwarna hijau ini tak henti-hentinya menghiasi keramahan kota Bogor.

Siang-siang juga tak kalah hebat dengan Surabaya yang dikenal dengan panasnya. Hari itu saya berpikir "Ini Bogor, Jakarta apa Surabaya sih? kok panasnya ga ketulungan", ahhh... manusia memang diciptakan tak pernah merasa puas. Asap kendaraan bermotor roda dua dan empat memang menjadi penyebab kenapa kota yang dulu dikenal setiap sore itu hujan, tapi semuanya jauh dari anggapan tersebut.

Bogor tetaplah Bogor, siang seperti menggeliat, namun ketika malam datang, semua itu sirna karena sejuknya kota di pinggiran Ibukota. 3Sesampainya di sana, bingung mau cari hotel mana yang cocok untuk backpackeran dan bener-bener murah tapi pelayanan memuaskan. Ada info Hotel Papaho di sana, dan akhirnya memutuskan menginap. Setelah buka Google dan mengetik keyword Hotel Papaho, katanya pernah ada orang Over Dosis dan meninggal di sana.

Usur punya usut si korban meninggal tersebut anak Kedokteran YARSI. Ah udah lah gapapa, ga ngefek sama dengan kematian. Pesen kamar, dapet nomor 105. Tapi anehnya, hotel sebagus ini kok sepi tamu? iseng ngobrol sama Room Boy, katanya sepi karena pernah ada yang meninggal, jadi tamu pada ketakutan menginap di Papaho.

Kasian juga sih sebenernya dengan kejadian ini, hotel sangat dirugikan karena ketakutan tersebut. Tapi semua itu terbantahkan, karena selama 2 hari menginap di sana, ngga ada kejadian-kejadian aneh atau penampakan. Semua normal berjalan dengan semestinya.

Ah orang-orang jaman sekarang masih aja ada yang mempercayai hal-hal begituan, padahal udah 2012 LOL. Balik lagi ngomongin hotel, overall pelayanan memuaskan dan harganya terjangkau, meski dari depan terkesan harga hotel ini mahal, tp yakinlah rate-nya tidak seperti yang dibayangkan.

Kamis, 01 Maret 2012

Perjalananku: Jakarta-Curug Cigamea–Hotel Papaho & Back to Jakarta

Perjalanan yang cukup melelahkan dari daerah Cibatok, Kabupaten Bogor menuju Jakarta berakhir dengan menginap di Kota Bogor. Aneh memang, karena jarak antara Bogor Jakarta sekitar 3-4 jam saja. Namun waktu medan yang mendaki ketika pergi dan menurun terjal ketika turun membuat kelelahan tak tanggung-tanggung menghampiriku.
Minggu ini kupaksakan ke salah satu Curug di Cibatok karena selain kesibukan kerja dan rutinitas, Jakarta tidak menyediakan wisata alam yang menyejukkan dan menetramkan hati secara alami. Semua fasilitas wisata Jakarta merupakan hasil cipta dan karya manusia. Aku ingin merasakan yang lain. Aku ingin menikmati karya Tuhan yang kuasa. Melalui goresan tangannya melukis alam jagad raya yang indah.
Waktuku hanya sehari, ya hari Minggu ini. Tentunya dengan optimasi waktu 8 jam untuk pulang pergi Jakarta-Kab Bogor. Pasti capek dalam pikiranku, namun rasa capek itu pasti terayar dengan wisata alam yang akan kunikmati.
Berbekal segepok uang di dompet (belagak kaya) dan seorang perempuan cantik nan manis di jok belakang sepeda motorku (Azmi namanya) kami menyusuri lengang jalan Jakarta dari pukul 06.00 WIB pagi. Bergerak menuju Depok, Cibinong, Kota Bogor, dan kemudian Kabupaten Bogor.
Pantatpun panas, namun Aku bersyukur pukul 09.00 pagi telah tiba di rumah seorang teman yang sedang melaksanakan hajatan. Kebetulan kami berdua mengambil aji mumpung hajatan teman untuk berwisata. Rasanya telah lama kami berdua (Aku dan pacarku) berwisata dan jalan-jalan. Rutinitas kesaharian di Jakarta membuatku mual, penat, sumpek, dan kadang-kadang pengen nonjok orang juga ketika macet ada yang egois nyerobot-nyerobot jalan sembarangan. Bersyukur dalam hati masih ada kesempatan jalan berdua J
Selesai hajatan, pertu kenyang, hati lapang, sekitar pukul 15.00 WIB (Aku yang kenal dekat dengan keluarga temanku yang hajatan merasa tak enak hati jika tidak ikut bantu-bantu) kami berangkat menuju lokasi curug, Cigamea kalau tidak salah namanya. Sampai di pintu lokasi wisata curug Cigamea, motor kuparkir dan kami pun melangkah ke arah petugas penjaga tempat wisata.
Seperti halnya tempat wisata di kebanyakan daerah di Indonesia, Curug Cigamea ini tentu juga harus membayar retribusi untuk memasukinya (tak ada yang gratis gitu loch). Setelah membayar RP.10.000, ku genggam tangan pacarku dan kami meyusuri anak tangga yang naik turun bak menyusuri lembah. Cukup panjang juga perjalanan menyusuri anak tangga, sekitar 30 menit barangkali. Peluh membasahi jidatku.
Sampai dilokasi terbayar sudah, ternyata memang indah lokasi Cigamea ini. Kalau di Sumbar aia jatuah sebutannya J Karena airnya terjun itu pasti jatuh kali ya. Kami pun memadu kasih di sana (tak usah kusebutkan bukan apa aktivitas kami).
Sehabis magrib kami bersiap pulang menuju Jakarta, namun terlebih dahulu mempir ke tempat temanku yang hajatan tadi guna berpamitan. Di rumah temanku itu kami beramah tamah, tak terasa waktu menunjukkan pukul 22.00 alias sepuluh malam. Fiuh, mau tak mau kami harus pulang ke Jakarta, namun badan ini rasanya ringsek untuk melanjutkan perjalanan.
Melawan letihnya badan setelah perjalanan yang melelahkan, Aku dan Azmi melanjutkan perjalanan pulang, sekitar pukul 24.00 WIB kami baru sampai kota bogor. Masih setengah perjalanan lagi, namun sepertinya Aku sudah tak sanggup lagi mengendarai sepeda motorku. Pinggang terasa sakit, mata terasa ngantuk, dan perut pun berbunyi entah lapar atau masuk angin. Karena waktu sudah larut dan tak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, kami pun memutuskan untuk menginap di hotel di Bogor ini. Akibatnya, tentu saja, besok kami akan cuti dari kantor. Ya tidak apalah dari pada celaka di jalanan.
Setelah berkeliling, Aku menemukan hotel yang bagus untuk ditempati, Hotel Papaho namanya. Tempatnya bagus, kamarnya rapi dan nyaman untuk menginap. Fasilitasnya pun lengkap, dari penglihatanku hotel ini cukup artistik untuk tinggal sementara pribadi, ataupun digunakan rapat dan berbagai kegiatan berkelompok lainnya. Fasilitas kamar dan ruangannya lumayan lengkap dan pasti menunjang kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh penyewa. Waktu aku melakukan reservasi, kulihat ada kantor yang sedang berkegiatan di Hotel Papao ini, tapi tak usah kusebutkan korporasi itu.
Kamar kupesan dua buah berdampingan, tentunya kami tak boleh tinggal sekamar, masih bujang n gadis boss.. J . Maklum, dompetku sedang tebal karena awal bulan. Hehe…
Begitu aku masuk kamar, tak ada yang kulakukan selain menghampar di kasur empuk dan bantal nyaman. Tak tahu aktivitas di kamar sebelah :P . zzzz
Esok paginya, mungkin kenyamanan dan keamanan hotel Papaho ini yang menyebabkan badan ku segar kembali. Semua penat dan pegal terasa hilang semua. Aku dan Azmi pun melanjutkan perjalanan menuju Jakarta di Senin yang cerah ini. Curug Cigamea jadi rekomendasiku untuk tujuang wisata, dan tentunya Hotel Papaho di Kota Bogor jadi rekomendasiku buat teman-teman sekalian menginap atau ingin membuat acara kantor, seminar, rapat dan lainnya di kota Bogor. Dijamin seruu….

Rabu, 28 September 2011

Curug Cigamea, Layanan Tak Sesuai Harga


Curug Cigamea di kawasan Cibatok, teritorial Kabupaten Bogor merupakan satu di antara beberapa objek wisata di daerah perbukitan tersebut. Objek yang ditawarkan adalah air terjun alam setinggi kurang lebih 10 meter dari tanah. Di kawasan ini memang terdapat beberapa wisata curug. Selain Cigamea, ada juga air terjun yang cukup populer di telinga masyarakat umum, yaitu Curug Seribu atau Curug Sewu.

Lokasi perbukitan memang rata-rata memiliki air-air terjun alami yang indah dan pasti dijadikan tempat berwisata oleh para turis baik domestik maupun internasional. Wisata alam memang menarik karena bisa merasakan keindahan karya Tuhan secara langsung. Selain itu, berwisata alam seperti di curug Cigamea ini bisa menenangkan pikiran, menghilangkan stres dan tekanan, kemudian bisa menjadi terapi psikolgi tersendiri karena melihat air terjun secara langsung dan mendengarkan gemericik suara air yang jatuh dari tebing tinggi akan menjadi sensasi yang tak terbayar untuk terapi jiwa.

Selasa, 02 Agustus 2011

Positif Sikapi Calon Pimpinan KPK

Mayoritas elit politik di negeri ini sekarang menjadi bahan pemberitaan yang hangat. Media massa ramai-ramai memberitakan berbagai isu-isu gesekan politik. Demokrat berselisih paham dengan partai-partai oposisi yang tergabung dalam setbag mengenai Parliamentary Treshold DPR, kemudian partai penguasa ini kembali di hajar dengan ulah Nazaruddin, bendahara umumnya yang tersangkut kasus suap wisma altet dan melarikan diri ke “luar negeri”.
Belum lenyap isu Nazaruddin yang akhirnya bernyanyi melalui video call di Metrotv dan menyebutkan nama-nama yang terlibat dalam kasus-kasus korupsi, Demokrat kini di hajar lagi dengan pernyataan Marzuki Ali yang mengatakan “Bubarkan KPK, dan maafkan koruptor”. Selain itu, sekarang lagi hangat pula perbincangan mengenai calon pimpinan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang namanya sudah masuk k DPR untuk di pilih.
Kemudian, masih masalah KPK, untuk menanggapi nyanyian Nazaruddin, maka dibentuk juga komite Etik Independen yang bertugas menyelidiki keterlibatan individu-individu KPK dalam kasus-kasus korupsi. Badai datang silih berganti menghujam unjung tanduk pemberantas korupsi Indonesia ini. Namun, semua itu harus dilakukan untuk mencabut korupsi sampai ke akar-akarnya.
Pemilihan pimpinan KPK menjadi isu hangat mengingat Indonesia sudah mencapai titik nadir dalam tindak pidana korupsi. Korupsi di negeri ini menjamur di sana sini, mulai dari Elit sampai ketingakatan kades dan lurah. Sistemiknya korupsi di Indonesia membutuhkan satu kekuatan yang kokoh untuk mengikisnya. Solusi terbaiknya adalah melakukan perombakan KPK, baik dari individu maupun kinerjanya. Untuk itu Pimpinan-pimpinan KPK yang baru harus segera dipilih.

Senin, 25 Juli 2011

Putusan Untuk Prita, Preseden Buruk Bagi Masyarakat

Keputusan Mahkamah Agung yang mengabulkan kasasi dari jaksa penuntut umum atas putusan bebas murni Prita Mulyasari, menjadi suatu langkah yang kurang elok dalam etika komunikasi dan kebebasan berpendapat di Indonesia. Hal ini agak bertentangan dengan demokrasi yang diusung negara. Demokrasi sebagai suatu nilai, harus mengedepakan kebebasan, namun kebebasan yang disampaikanpun, memang harus menyesuaikan dengan etika-etika ketimuran Indonesia.
Persoalan Prita Mulyasari yang mengadukan layanan RS. Omni Internasional Alam Sutera lewat surat elektronik kepada temannya merupakan suatu kebebasan bersuara. Hal ini sangat beretika, karena maksud utama dari Prita adalah mengeluh, bukan memojokkan atau menyinggung RS Omi Internasional Alam Sutera Tangerang. Hal tersebut sudah dibuktikan di Pengadilan Negeri Tangerang, kurang lebih satu setengah tahun silam. Vonis saat pengadilan tersebut dilangsungkan adalah, Prita bebas murni karena tidak terbukti melakukan tindakan pencemaran nama RS Omni.

Jumat, 22 Juli 2011

Fokus, Jangan Terbawa Arus Media

Maraknya tersangka koruptor yang melarikan diri ke luar negeri seharusnya menjadi titik perhatian bagi pemerintah. Hal ini sangat utama, karena menyangkut uang rakyat yang dipakai untuk kepentingan pribadi.
Korupsi yang merajalela telah merugikan bangsa Indonesia. Uang yang seharusnya dipakai untuk pembangunan, kesehatan, penegakan hukum dan keadilan, malah digunakan untuk kepentingan pribadi dan golongan.
Yang paling memprihatinkan kita adalah, pemerintah terlihat seakan tidak serius untuk memberantas korupsi di negeri ini. Menurut saya, ini merupakan suatu kekecewaan mendalam mengingat kondisi Indonesia yang lemah di berbagai sektor, terutama dalam hal kesejahteraan rakyat.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More